Tuesday, 26 November 2013

Antar Hilah dan Kita

Makna Hilah

Hilah sama dengan mukhada’ah, yakni cara (tujuan) atau trik yang halus dan samar yang dilakukan seseorang untuk meraih tujuannya, tidak akan disadari kecuali dengan kecerdasan dan kejeniusan. (Lihat I’lamul Muwaqqi’in)

Bentuk Hilah yang Haram

Ibnul Qayim rahimahullahu menjelaskan: “Macam yang kedua adalah (hilah) yang dilakukan untuk meninggalkan (tidak mengamalkan) kewajiban, menghalalkan yang haram, membalikkan yang terzalimi menjadi seorang yang zalim, seorang yang zalim menjadi pihak terzalimi, kebenaran menjadi kebatilan, yang batil menjadi kebenaran. Macam hilah yang kedua ini telah disepakati salafus shalih sebagai perbuatan yang tercela.” (Ighatsatul Lahafan, hal. 339)

Bani Israil merupakan umat Nabi Musa As, mereka merupakan bangsa yang dicipta dengan kecerdasannya, namun karena kecerdasannya itulah mereka suka ingkar kepada Tuhannya. Hilal merupakan salah satunya.
seperti yang diceritakan dalam surat (Al-A’raf: 163-167) yang artinya:

"Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Rabbmu, dan supaya mereka bertakwa. ” Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina. Dan (ingatlah), ketika Rabbmu memberitahukan bahwa sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya Rabbmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. (Al-A’raf: 163-167)

Seperti dikisahkan dalam ayat tersebut saat itu Bani Israil tinggal di daerah pantai sehingga sebagian besar mata pencahariannya adalah sebagai nelayan.

Allah SWT memberikan kewajiban kepada Bani Israil untuk taat dan patuh melalui rasul-Nya.
Melalui Nabi Musa As, Bani Israil diperintahkan untuk beribadah pada hari Sabtu.
Pada hari itu, tidak boleh ada aktivitas mencari nafkah atau berburu ikan di laut.
Pada hari itu hanya digunakan untuk menyembah kepada Allah SWT.

Suatu saat Allah menguji mereka, ikan ikan tidak datang kepada mereka dihari hari biasa selain sabtu. Justru ikan ikan datang kepada mereka seolah - olah menyerahkan diri pada hari sabtu hari dimana seharusnya mereka beribadah kepada Allah.

Kemudian mereka berfikir bagaimana cara agar mereka tetap dapat menangkap ikan ikan itu. Bani Israil mencoba "mengakali" Allah dengan membuat suatu alat dimana mereka memasang alat tersebut dihari jumat dan akan mereka ambil dihari minggu. Mereka beranggapan bahwa mereka tidak melawan perintah Allah.

Seperti itulah hilah yang dilakukan oleh bani israel sehingga mereka dikutuk menjadi kera (ada yang meriwayatkan bahwa sifat mereka yang diubah menjadi sifat kera namun wujud mereka tetap manusia, dan
ada pula yang meriwayatkan bahwa mereka benar benar diubah menjadi kera).

Lalu bagaimana dengan kita sendiri? Apakah kita pun melakukan hal yang sama yang telah dilakukan oleh bani Israil di waktu yang dulu?
Semoga hal tersebut dapat kita ambil hikmahnya. Dan Semoga kita tidak termasuk orang orang yang merugi dalam beribadah.

Disarikan dari kajian  Ustadz Yunahar Ilyas, Lc waktu nonton Adi Tv

No comments:

Post a Comment